Jaga Kesehatan Mental Selama Pandemi COVID-19
Jika kita membicarakan kesehatan, maka kita akan melihat dari definisi sehat oleh WHO adalah sehat fisik, sehat mental, dan juga sehat sosial. Di tengah kondisi Pandemi COVID-19 tidak hanya fisik yang perlu kita jaga namun juga kesehatan mental dan sosial perlu kita upayakan. Banyaknya pemberitaan, baik dalam negeri maupun mancanegara tidak jarang mempengaruhi kondisi pikiran, perasaan dan perilaku kita.
Respon terhadap Pandemi ini beragam. Dari perasaan was-was, khawatir, takut, hingga sedih karena harus social distancing dan di rumah aja.
Jika dari pikiran muncul pikiran
“ Bagaimana kalau saya tertular atau menularkan keluarga?”
“ Ini saya batuk-batuk apakah ini saya terinfeksi? “
“ Saya bekerja di kesehatan, saya takut menularkan orang di sekitar saya “
“Nyebelin banget ini harus di rumah terus”
“Pengen main sama teman-teman”
Respon fisik kita mungkin badan sering merasa hangat, terasa nyeri tenggorokan atau nyeri dada padahal ketika diperiksa semua dalam kondisi normal. Muncul gejala lain seperti maag kambuh, justru asma tidak kunjung membaik dan berbagai kondisi fisik yang seharusnya dalam kondisi sehat jadi bermasalah pada saat momentum ini terjadi.
Perilaku kita lainnya adalah kita jadi memborong banyak barang padahal kita belum tentu membutuhkan dalam waktu dekat, memborong masker, handsanitizer, bahan makanan dan lain sebagainya.
Lalu apa yang harus kita lakukan ?
Kenapa kita harus tetap jaga kesehatan mental kita ?
- Karena kondisi psikologis yang cenderung lemah mempengaruhi kondisi kekebalan tubuh kita. Jangan khawatir namun waspada karena ini hal yang berbeda.
- Gunakan coping strategy yang efektif, misal dengan relaksasi pernafasan dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (https://ipk.bz/syv1)
- Mengalihkan pikiran dan perasaan dengan hal yang disenangi, seperti hobi, mencoba kegiatan baru, menulis, menggambar
- Atur diri kita untuk tidak berpikir berlebihan atau kita sebut overthinking
- Jika masih merasa tidak nyaman eritakan hal ini dengan orang terpercaya. Atau jika Anda merasa membutuhkan bisa mengakses bantuan psikolog. Beberapa psikolog di daerah sudah membuka layanan konseling secara online.
- Social distancing bukan berarti kita tidak interaksi sosial ya.. Kita tetap bisa terkoneksi dengan berkirim pesan, video call, telpon atau berbagi cerita dengan media lain yang memungkinkan.
- Batasi konsumsi berita dan pastikan dapatkan informasi dari sumber terpercaya
- Membuat pemaknaan baik dari COVID-19. Misalnya aku jadi lebih menjaga kebersihan, yang dulu gerakan cuci tangan 6 langkah lupa terus jadi lebih ingat karena dipraktekan sehari-hari, aku jadi suka makan buah dan sayur, lebih punya banyak waktu dengan keluarga dan lainnya sesuai dengan versi dirimu. Kegiatan ini juga bisa mengajak anggota keluarga lainnya
- Disiplinkan diri Anda dan jadilah pelindung kehidupan. Meskipun kita berada di negara khatulistiwa yang panas dan lembap, faktanya penyebaran virus SARS Cov-2 tidak terpengaruh cuaca dan bisa bertransmisi di semua area. Pakailah masker, hindari keramaian, jaga jarak dengan orang lain minimal 2 meter, patuhi untuk selalu dirumah saja, jangan mudik, jangan piknik. Lindungi kehidupan orang lain, keluarga di sekeliling kita, termasuk orang-orang yang kita cintai di kampung halaman sana.
- Mendekatkan diri kepada Tuhan dengan beribadah dan berdoa. Momentum ini bisa kita jadikan sarana untuk meningkatkan spiritualitas dan religiusitas kita
- Himbauan untuk menunda ke tempat fasilitas kesehatan jika tidak dalam kondisi darurat. Manfaatkan konsultasi online yang disediakan puskesmas, rumah sakit atau media lainnya.
Apa yang bisa dilakukan dirumah aja?
- Membersihkan rumah bersama. Jika ada tempat yang jarang kita bersihkan momentum ini bisa kita manfaatkan. Termasuk mensortir pakaian atau barang yang mungkin bisa kita berikan kepada yang lebih membutuhkan
- Menyelesaikan permasalahan yang selama ini terhambat oleh kesibukan masing-masing. Baik dengan pasangan, orangtua, anak atau saudara. Aktivitas kesibukan kita seringkali membuat kita menunda untuk memiliki waktu berkualitas dengan orang yang ada di rumah. Atau menelpon keluarga jauh yang lama tak ada kabar bisa menjadi alternative solusi mengusir kebosanan.
- Mencoba membuat resep masakan yang dari dulu ingin dicoba atau kegiatan yang dari dulu ingin dilakukan.
- Membuka video tutorial yang produktif. Video membuat kerajinan tangan dari barang bekas, tutorial hijab terbaru atau lainnya
- Berbagi dengan yang membutuhkan. Kondisi #dirumahaja membuat beberapa keluarga berkurang pemasukannya. Atau minimnya alat pelindung diri yang membutuhkan bantuan Maka jika kita memiliki kemampuan dan kemauan, momentum ini bisa kita gunakan untuk berbagi. Bisa dimulai dari tetangga, kerabat atau tempat yang menyediakan penggalangan dana untuk membantu selama COVID-19
Lalu apa yang harus saya lakukan jika saya ODP atau PDP ?
Fase Pra isolasi
- Tenangkan Diri
- Tanyakan pada petugas apa yang perlu dibawa dan dipersiapkan (jika dilakukan di luar rumah)
- Persiapkan kebutuhan fisik
- Mempersiapkan barang kebutuhan yang diperlukan untuk mengantisipasi kebosanan
- Hubungi keluarga berkaitan dengan kondisi anda saat ini dan komunikasi yang bisa dilakukan
- Menjaga informasi agar kondisi anda tidak disebarkan kepada pihak-pihak yang tidak dibutuhkan
Fase Isolasi
- Menenangkan pikiran dengan stabilisasi emosi
- Tetap buat rencana kegiatan agar tidak mudah bosan
- Memperbanyak waktu untuk berdoa
- Tetap berinteraksi meski via media tidak langsung dengan keluarga dan sahabat sebagai bentuk sosial support yang kita butuhkan
- Batasi informasi melalui media sosial yang ada
- Akses layanan psikologis jika diperlukan
- Taati prosedur yang telah diberlakukan oleh layanan kesehatan
Jika saya tahu keluarga, tetangga saya ODP, PDP, Positif ?
- Stop stigma
- Hadirkan empati jika kita di kondisi mereka
- Bantu yang bisa kita lakukan, misalnya support via media komunikasi
Saya petugas kesehatan apa yang harus saya lakukan agar kekhawatiran saya berkurang ?
- Sadari bahwa kekhawatiran yang kita rasakan
- Tetap jaga asupan makan dan multivitamin yang diperlukan
- Aktivitas fisik sederhana tetap diupayakan untuk dilakukan
- Lakukan coping strategy yang sudah pernah efektif dilakukan masa lalu untuk menghadapi krisis
- Lakukan stabilisasi emosi
- Meluruskan niat bahwa pekerjaan ini adalah ibadah dan tetap menjaga aktivitas ibadah kita
Bagaimana strategi mendampingi anak belajar ketika #dirumahaja?
- Buat sarana yang lebih kreatif agar anak tidak bosan
- Jika belum bisa maka anda hanya perlu mengulang tanpa harus melibatkan emosi negatif Anda secara berlebihan
- Tetapkan waktu yang disepakati bersama
- Peka terhadap kondisi sendiri. Jika ayah bunda sendiri merasa cukup lelah ada baiknya memberi jeda karena dilanjutkan saat Anda dalam kondisi kesal pembelajaran juga tidak efektif
Bagaimana #dirumaja tapi bersama keluarga yang membuat kurang nyaman?
- Tetap jaga konsumsi makanan dan minuman dengan gizi seimbang
- Miliki ruang pribadi
- Lakukan hobi positif yang menyita waktu
- Jika memungkinkan komunikasikan ketidaknyamananmu dengan bahasa asertif pada sumber ketidaknyamananmu
- Pahami mereka dengan sudut pandang yang lebih luas karena seringkali masalah yang hadir ada alasan yang menyertai
- Mengurangi komunikasi yang tidak diperlukan kepada anggota keluarga yang menyebabkan ketidaknyamanan
- Cari cara untuk mengurangi perdebatan
- Jika membutuhkan bantuan professional manfaatkan konsultasi online yang tersedia
- Yakinkan diri bahwa ini akan terlewati dengan baik
Menjaga kesehatan mental juga sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik kita selama pandemi Covid-19. Semoga Pandemi ini bisa segara berakhir.
Sumber :
https://ipkindonesia.or.id
Catatan Tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan Psikososial Wabah COVID-19 Versi 1.0 oleh IASC (Inter-Agency Standing Committee)
Rangkuman Sharing Session #1 Covid-19 & Kesehatan Mental oleh Center for Public Mental Panduan Layanan Psikologi Klinis Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19 oleh Ikatan Psikolog Klinis Indonesia
Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM
Artikel dr Herlina Pohan, M.Sc., Sp.Kj. yang dimuat dalam Kedaulatan Rakyat Minggu, 10 April 2020